20 November 2016

Makna Traveling Bagi Saya


Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, izinkan saya bercerita mengenai pengalaman traveling saya terlebih dahulu. Saya memang bukan tipikal orang yang rajin melakukan traveling, karena dari segi dana saja saya tidak mempunyai cukup budget untuk melakukan traveling secara rutin. Tidak hanya itu, pekerjaan saya sebagai karyawan kantoran juga membuat saya tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan traveling.

Namun setiap ada kesempatan bagi saya untuk melakukan traveling, maka saya akan menjadikan itu sangat bermakna dengan persiapan yang matang. Karena saya ingin mendapatkan sebanyak mungkin pengalaman dan perasaaan yang bercampur aduk ketika saya melakukan traveling. Dari beberapa trip yang pernah saya lakukan, jujur memang saya lebih suka melakukan traveling ke kota-kota urban. Alasannya sederhana saja; saya ingin melihat bagaimana kehidupan masyarakat di sana. Bagaimana cara mereka berinteraksi, bagaimana perilaku mereka, bagaimana budaya mereka dan aspek kehidupan bermasyarakat lainnya yang bisa saya dapati dari mereka.

Seperti ketika saya pergi ke Malaysia, tepatnya ke Kuala Lumpur, dimana saya bisa menyaksikan bagaimana kehidupan masyarakat di sana. Betapa senangnya saya ketika melihat sebuah negara yang yang memiliki jalan raya yang tidak sumpek dengan mobil pribadi. Ketika transportasi berjalan dengan baik, ketika kehidupan mereka begitu hiruk pikuk, namun tidak semrawut.

img:my-instagram
Apalagi ketika saya berkunjung ke Cyberjaya dan Putrajaya, dimana saya melihat sebuah lingkungan yang, entah mengapa membuat saya ingin sekali tinggal disana. Sebuah lingkungan yang jauh dari kata keramaian dan hiruk pikuk namun ada cukup banyak bangunan modern dan ikonik di sana. Entah mengapa seolah kota tersebut dihuni penduduk yang tidak terlalu banyak. Berada di kota Cyberjaya ini, saya merasakan ketenangan dan ketentraman tersendiri yang tidak bisa saya dapatkan di tempat lain.

Atau ketika saya pergi berwisata di pusat kota Bandung, tepatnya di Cihampelas. Dimana di sana, hampir seperti jantung dari Kota Bandung. Saya bisa melihat bagaimana warga Bandung yang begitu hidup dan begitu dinamis dan berkumpul untuk sekedar berekreasi ataupun bersosialisasi.

Atau ketika saya pergi ke Thailand, dimana saya bisa melihat sebuah kota yang hampir mirip dengan Jakarta namun saya masih bisa menyaksikan berbagai perbedaan yang cukup membuat negeri ini, menjadi sebuah lokasi wisata yang membuat wisatawan berencana untuk kembali berkunjuang. Masyarakatnya majemuk, dan mereka sangat menghargai perbedaan. Terlihat ketika saya menyaksikan seorang transgender bisa dengan percaya diri berjalan diantara hiruk pikuk manusia tanpa perlu risih, atau malu, atau diperhatikan banyak orang dengan tatapan aneh. Dan ketika saya bertanya kepada peduduk setempat, dirinya mengatakan bahwa masyarakat Thailand sangat percaya akan karma, sehingga mereka tidak mau merugikan atau berbuat jahat satu sama lain. Karena takut karma buruk akan menimpa mereka. Sebuah filosofi kehidupan yang sebenarnya cukup adil dan cukup baik untuk dijalankan. Namun soal macet, hahaha… Bangkok sama aja dengan Jakarta.

img:map.google
Jika anda baru pertama kali traveling atau ingin menjajal solo travel, maka sudah pasti Singapura menjadi negara yang pas untuk dijadikan destinasi wisata. Walaupun sebelumnya saya sudah pernah traveling ke Malaysia dan Thailand, namun untuk Singapura adalah negara pertama yang saya kunjungi sendirian. Dan sudah tidak perlu diragukan lagi bahwa Singapura adalah negara yang ramah untuk para traveler pemula, apalagi seperti saya yang bepergian sendirian.

Jauh sebelumnya, saya memang sudah mengincar negeri ini sebagai tujuan pertama saya ketika melakukan solo travel. Karena bagi saya, Singapura adalah negara yang menampilkan nuansa urban paling kuat di Asia Tenggara, serta sudah sejak lama pula saya ingin merasakan sendiri bagaimana nuansa urban pada negeri itu. Apalagi ketika menyaksikan ulasan mengenai negara modern ini di salah satu program acara di DW TV channel 122 yang membuat saya semakin membulatkan tekad. Sampai pada akhirnya saya berkesempatan untuk menginjakan kaki saya pertama kali disana, dan semua itu terbayarkan.

Negeri ini memang memberikan pesona urban yang luar biasa. Gedung-gedung tinggi, transportasi yang sangat baik, masyarakat yang sibuk berlalu-lalang dengan pakaian kerjanya, wajah-wajah sibuk dan serius yang selalu saya temui di setiap sudut ibu kota. Hingga berbagai peraturan dan kedisiplinan yang pada akhirnya membuat saya terpesona. Jangan ragukan kebersihan negara ini, karena meludah saja anda tidak boleh sembarangan. Jangan khawatir akan macet di negeri ini, karena sebagian besar masyarakatnya memang lebih memilih menaiki transportasi umum. Jangan ragukan modernitas negeri ini, karena hampir seluruh fasilitas dibuatkan fungsi otomatisnya. Jangan heran dengan kekakuan para penduduk ini, Karena bisa dibilang orang-orang di Singapore tidak “sesantai” kita para penduduk J-town. Dan jangan pula ragukan kecepatan Internet di negera ini. Karena sebagai negara tempat dimana MyRepublic berawal, Singapura memberikan kecepatan akses internet yang luar biasa cepat. Sehingga ketika di Indonesia, saya tidak heran dengan kualitas internet ultra cepat yang ditawarkan MyRepublic, karena internet cepat sudah seperti hal yang sangat lumrah dan wajar bagi provider ini.

img:my-instagram
Memang akan sangat jarang pada itinerary traveling saya terdapat spot-spot wisata seperti Teropong Boscha di Bandung, atau Kuil Budha Zamrud Wat Phra Kaew di Bangkok, atau Istana Negara Malaysia atau Mesjid Sultan di Singapore. Karena tujuan saya travel memang untuk mengalami dan merasakan sendiri denyut kehidupan masyarakat secara legit. Ketika makan bersama ribuan orang di Jalan Alor Malaysia, dimana saya bisa menikmati berbagai kuliner menarik dan menyaksikan bagaimana para warga makan bersama, berkumpul bersama dan saling bercerita. Atau ketika menyaksikan sendiri riuhnya Kuala Lumpur City Center (KLCC) dimana orang-orang berlalu-lalang dalam sebuah stasiun besar dengan tujuan mereka masing-masing.

Atau ketika saya berdiri sendiri dan menatapi kehidupan masyarakat di Singapura saat berada di Orchard Road. Menyelami berbagai budaya berbeda di Little India, Chinatown dan Bugis Street. Menyatu dengan para penghuni MRT dan melesat bersama di kereta bawah tanah sambil melihat bagaimana mereka bertingkah laku di dalam kereta.

Atau ketika bersama teman-teman mencoba menyelami kehidupan malam Thailand di Silom Street di Pusat kota Bangkok. Bagaimana saya bisa menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri banyak hal “luar biasa” yang membuat saya mendefinisi ulang makna kekuatan dan kemampuan manusia. Menyaksikan berbagai show unik, menarik, memorable dan penuh dengan tawa dari pertunjukan dunia prostitusi Thailand yang telah berkembang sedemikian rupa.

img:my-instagram
Atau mungkin yang terdekat, ketika saya pulang pukul 2 pagi dari Cihampelas Walk Mall Bandung, dan saya melihat ada banyak orang duduk-duduk di mall yang sudah tutup itu, untuk sekedar berkumpul, mengobrol atau mencari Pokemon ketika saat itu masih booming. Atau menikmati kuliner Seblak yang sesungguhnya, di pinggir sebuah jalan raya di Dago, Bandung.

Dari semua pengalaman itu akhirnya membuat saya memaknai setiap aktivitas traveling saya sebagai sebuah kesempatan untuk menyelami kehidupan diberbagai kota dan negara. Merasakan Singapore yang sesungguhnya, merasakan Bangkok yang sesungguhnya, merasakan Kuala Lumpur yang sesungguhnya, merasakan Bandung yang sesungguhnya. Karena bagi saya pengalaman itu begitu berharga dan tidak bisa digantikan dengan apapun.

Saya yakin! Karena tidak ada yang bisa menggantikan tawa lepas saya ketika menyaksikan show waria di salah satu club di Bangkok. Terasingnya saya di pusat kota Bangkok dan sulit sekali menemukan orang yang bisa berbahasa Inaggris. Pusingnya saya yang harus mencari-cari tempat merokok, Karena di Singapura saya tidak bisa sembarang merokok. Berantem dengan supir taksi India di Malaysia Karena menggunakan argo yang tidak sesuai. Mendadak menjadi menyukai lagu “Beautiful”-nya Aziz Harun, karena lagu itu yang paling sering diputar ketika saya naik KLIA Ekspres di Malaysia, dan masih banyak lagi. Itu semua pastinya tidak akan bisa tergantikan dengan apapun, dan akan selalu bisa menjadi cerita menarik untuk saya bagikan kepada siapapun.

Jadi jika pada akhirnya saya diberi pertanyaan;

Maka jawaban saya adalah: 



img:my-instagram


regards,

Related Posts

There are 21 comments on post : Makna Traveling Bagi Saya

Unknown said... (Reply)

Wah, sudah menarik sekali kamu traveling untuk melihat kehidupan urban masyarakan di berbagai negara. Mau bandingin sama di Jakarta ya, hehehe...
Nice story, by the way.

Unknown said... (Reply)

Iya, tinggal di daerah Cyberjaya emang pewe banget. Tempatnya nyaman gitu, berasa di eropa.
Cuma kalo mau ke KL-nya cukup jauh, kalo naik KLIA Ekspres lumayan mahal.

Ellious Grinsant said... (Reply)

@Marina Sumarangga

Iya, memang terkadang ngebandingin ama Jakarta juga. Namun tetap saja, Jakarta memiliki pesona urbannya tersendiri.

Ellious Grinsant said... (Reply)

@Iron Akbar Syuhada

Iyes, kalo gak salah waktu itu naik dari Cyberjaya ke KLCC kena sekitar 45 ribu rupiah. Tapi keretanya emang nyaman sih.

Rena Setia Mekar said... (Reply)

Artikel yang bagus, mas! Jalan-jalan ke luar negeri memang menyenangkan. Namun akan lebih baik lagi jika kita memanfaatkannya untuk mengenal budaya luar dengan lebih baik.

Comodor Soleh said... (Reply)

Setuju setelah membaca postingan ini. Di Singapore emang disiplin banget orangnya! Keren abis!

Unknown said... (Reply)

Enaknya sudah sering jalan-jalan ke luar negeri. Saya juga mau plan ke luar negeri juga, biar bisa kaya mas el, punya pengalaman traveling ke berbagai negara.

Unknown said... (Reply)

Wah, mas el pernah main ke Silom Street ya, hehehe...

Sanur Delima said... (Reply)

Memang kehidupan masyarakat diberbagai negara memang berbeda-beda, maka beruntunglah orang-orang yang mempunyai kesempatan untuk merasakannya secara langsung.

Pao8 said... (Reply)

Nice post gan! Saya yang belum pernah keluar negeri jadi sedikit tahu mengenai kehidupan masyarakat di sana. Keren-keren!

Ellious Grinsant said... (Reply)

@Rena Setia Mekar

Benar, akan lebih baik jika digunakan untuk mempelajari budaya dan kehidupan masyarakat disana untuk memperkaya wawasan.

Ellious Grinsant said... (Reply)

@Comodor Soleh

Betul disiplin banget, bahkan untuk nunggu bus aja dan nunggu lampu merahnya udah ada waktu dan tempat tersendiri.

Unknown said... (Reply)

Ceritanya bagus mas. Jadi membuat saya tertarik untuk jalan-jalan ke luar negeri.

Ellious Grinsant said... (Reply)

@Nadya Fonseca

Hahaha, ayo mulai kumpulin duit atau nabung biar bisa jalan-jalan ke luar negeri.

Ellious Grinsant said... (Reply)

@Mariska Sylvia

Hahaha, waktu itu kesananya bareng temen-temen. Jadi biar seru-seruan.

Ellious Grinsant said... (Reply)

@Sanur Delima

Benar mbak. Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk bisa mengenal budaya masyarakat lainnya dengan lebih baik.

Ellious Grinsant said... (Reply)

@Pengagum Rahasiamu

Terima kasih gan. Ayo, agan juga bisa ke luar negeri kok. Mulai nabung aja dari sekarang, hehehe... ke singapore murah kok.

Ellious Grinsant said... (Reply)

@intan nurmala maulyda

Terima kasih mbak, ayo share juga cerita jalan-jalan mbak. biar saya komentari juga, hehehe...

Unknown said... (Reply)

Luar biasa mas El, saya jadi penasaran dengan banyaknya budaya yang berbeda dari kota kita. Kadang kita jalan-jalan hanya karena ingin pamer dan foto-foto saja, tapi untuk mengenal budaya yang berbeda di wilayah urban, hmm...jarang terpikirkan!

Terima kasih ya mas El buat post-nya!

Ellious Grinsant said... (Reply)

@Fanny Subianti

Wah terima kasih mbak. saya juga setuju dengan pemikirannya.

Rose said... (Reply)

Setuju banget :D Saya barusan bgt mulai. Singapura benar aman utk traveler pemula. Semoga bisa lanjut ke Thailanddd..., amiinnn

Post a Comment